Rabu, 14 Mei 2008

Pengetahuan & Wawasan Islam

Pengetahuan & Wawasan Islam
Kebohongan Kisah Cinta Nabi Dengan Zainab Binti Jahsy
MediaMuslim.Info - Ada sekelompok orang yang tidak mengetahui cara menempatkan kedudukan Rasul shallAllohu ‘alaihi wasallam sebagaimana layaknya. Beranggapan bahwa Rasululloh shallAllohu ‘alaihi wasallam tak luput dari penyakit ini. Konon, sebabnya ialah tatkala beliau melihat Zainab binti Jahsy, seraya berkata kagum, “Maha suci Rabb yang membolak-balik hati.” Sejak itu Zainab binti Jahsy mendapat tempat khusus di dalam hati Rasululloh shallAllohu ‘alaihi wasallam.
Oleh karena itu beliau berkata kepada Zaid bin Haritsah, “Tahanlah ia di sisimu hingga Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat, yang artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Alloh telah melimpahkan rahmat kepadannya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Alloh-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya); Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah pasti terjadi” (QS: Al Ahzab: 37).Sebagian orang beranggapan, ayat ini turun berkenaan kisah kasmaran Nabi shallAllohu ‘alaihi wasallam. Bahkan sebagian penulis mengarang buku khusus mengenai kisah kasmaran para nabi dan menyebutkan kisah Nabi ini di dalamnya. Hal ini terjadi karena kejahilannya terhadap Al Qur’an dan kedudukan para Rasul. Hingga memaksakan kandungan ayat dengan apa yang tidak layak dikandungnya. Menisbatkan perbuatan Rasululloh shallAllohu ‘alaihi wasallam, yang seolah Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjauh dari diri Beliau.
Padahal kisah sebenarnya, bahwasanya Zainab binti Jahsy adalah istri Zaid ibn Haritsah (bekas budak Rosululloh shallAllohu ‘alaihi wasallam) yang diangkatnya sebagai anak dan dipanggil dengan Zaid ibn Muhammad. Zainab merasa lebih tinggi dibanding Zaid. Oleh sebab itu Zaid ingin menceraikannya. Zaid datang menemui Rasululloh shallAllohu ‘alaihi wasallam minta saran untuk menceraikannya. Maka Rasululloh shallAllohu ‘alaihi wasallam menasehatinya agar tetap memegang Zainab. Sementara Beliau pun tahu, bahwa Zainab akan dinikahinya jika dicerai Zaid. Beliau takut akan cemoohan orang-orang jika mengawini wanita bekas isteri anak angkatnya. Inilah yang disembunyikan Nabi shallAllohu ‘alaihi wasallam dalam dirinya. Rasa takut inilah yang terjadi dalam dirinya. Oleh karena itu Alloh menyebutkan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada Beliau dan tidak mencelanya karena hal tersebut. Sambil menasehatinya agar tidak perlu takut kepada manusia dalam hal-hal yang memang Alloh Subhanahu wa Ta’ala halalkan baginya. Sebab Alloh lah yang seharusnya ditakuti. Jangan sampai Beliau takut berbuat sesuatu hal yang Alloh halalkan karena takut gunjingan manusia. Setelah itu Alloh memberitahukan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala langsung yang akan menikahkannya setelah Zaid menceraikan istrinya. Agar Beliau menjadi contoh bagi umatnya mengenai bolehnya menikahi bekas isteri anak angkat. Adapun menikahi bekas isteri anak kandung, maka hal ini terlarang sebagaimana firman Alloh, yang artinya: “(dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu).” (QS: An Nisa’: 23).
Alloh Subhanahu wa Ta’ala Berfirman dalam surat lain, yang artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu.” (QS: Al Ahzab: 40).
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman di pangkal surat ini, yang artinya: “dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkat kalian sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja.” (QS: Al Ahzab: 4).
Perhatikanlah bagaimana pembelaan terhadap Rasululloh shallAllohu ‘alaihi wasallam ini, dan bantahan terhadap orang-orang yang mencelanya. Wabillahit taufiq.
Tidak dipungkiri bahwa Rasululloh shallAllohu ‘alaihi wasallam sangat mencintai isteri-isterinya. Aisyah adalah isteri yang paling Beliau cintai. Namun cintanya kepada Aisyah dan kepada lainnya tidak dapat menyamai cintanya yang tertinggi, yakni cinta kepada Rabb-nya. Dalam hadits shahih, Beliau bersabda, yang artinya: Andaikata aku dibolehkan mengambil seorang kekasih dari salah seorang penduduk bumi, maka aku akan menjadikan Abu Bakr (sebagai kekasih). (HR: Al-Bukhari 7/15, Muslim 2384)
(Sumber Rujukan: Zadul Ma’ad Fi Hadyi khoiri Ibad, Juz 4)
Sumber: www.mediamuslim.info

TUJUH KEBENARAN ISLAM YANG MUTLAK

TUJUH KEBENARAN ISLAM YANG MUTLAK.

Doctor Verkuyl, Doctor Kraemer, Rifai Burhanuddin lupa,
demikian pula dengan Pater Grunnen, bahwa ada tujuh
kenyataan mutlak yang dipunyai oleh Islam, yang tidak dapat
dibantah oleh siapapun juga. Ia tidak dapat dibantah oleh
sejarah, ia juga tak dapat dibantah oleh Ilmu Pengetahuan,
ia tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi, oleh iklim
dan masa.
1. Qur'an dengan bahasanya yang tetap sepanjang masa dan
sama dimana-mana telah sanggup menciptakan iklim keIslaman
yang merata mutlak. Ia akan dimengerti di Amerika, demikian
juga di Inggris. Bila ia dibacakan di Jepang, maka ia juga
dipahami oleh orang-orang India dan Pakistan, dan bila ia
dibaca di negeri Belanda, maka Mesir, Libya, Indonesia akan
mengerti, setidak-tidaknya mengenali bahwa itulah ayat-ayat
Al Qur'an. Qur'an tidak pernah dirubah bahasanya dan ini
saja sudah dapat dijadikan pegangan, bahwa isinya authentik
asli. Beda dengan Injil yang telah melalui sedemikian banyak
terjemahan, sehingga keaslian kata-kata mungkin telah
menyimpang dari maksud semula. Ia disalin dari bahasa Ibrani
ke bahasa Gerika, lalu ke bahasa Latin, dari Latin oleh
Marthen Luther pada tahun 1521 disalin ke bahasa Jerman.
Dari Jerman disalin pula ke dalam bahasa Inggris, Belanda,
Indonesia, Jawa, Minang, Timor dst. Sambil menyalin, maka
atas pertimbangan politik(?) sipenyalin menterjemahkannya
pula menurut "situasi dan kondisi" setempat. Kita lihat
misalnya, kalau didalam Injil bahasa Belanda dan Inggris
syarat masuk surga adalah Door bidden en fasten atau by
praying and fasting, maka didalam Injil bahasa Indonesia
mereka mencukupkan hanya dengan doa, sedangkan fasting atau
fasten atau puasanya dihilangkan.

2. Al-Qur'an tidak bertentangan dengan Ilmu pengetahuan.
Bacalah theorie La Place & Chamberlin, bacalah theorie
kejadian bumi, maka Chamberlin menyebutkan: Bahwa bumi kita
ini ialah terjadi dari gumpalan-gumpalan kabut yang
bergulung-gulung semakin lama semakin padat, sehingga
berpijar, dan kemudian mati pijarnya, lalu tumbuhlah
kehidupan. Lalu cobalah kita buka Al-Qur'an surat
tertulislah disana theorie itu: "Dan ingatlah ketika Aku
menciptakan bumi ini dari suatu hamparan yang lalu
bergulung-gulung." Qur'an surat Nuh 14 menulis tentang
adanya tingkatan-tingkatan kejadian dari manusia, surat Al
An'am 97 memuat theorie Astronomi. Dalam surat-surat yang
lain dimuat pula theorie perkawinan tanam-tanaman (botani).
Qur'an tidak serupa dengan Perjanjian Lama yang menolak
theorie Galileo Galilei, Islam tidak seperti Kristen yang
telah begitu banyaknya membunuhi kaum cerdik pandai seperti
Galileo Galilei, Johannis Heuss dan sebagainya.

3. Al-Qur'an tidak menentang fitrah manusia. Itulah sebabnya
didalam Islam tidak diakuinya hukum Calibat atau
pembujangan. Manusia dibuat laki-laki dan perempuan adalah
untuk kawin, untuk mengembangkan keturunan. Maka itu ajaran
Paulus yang mengatakan bahwa ada "lebih baik" laki-laki itu
membujang seperti aku dan perempuan itu tidak kawin,
ditentang oleh Islam. Bukankah monogami akhirnya melibatkan
dunia Kristen dalam lembah pelacuran? Bukankah orang-orang
Italia yang monogami itu akhirnya mempunyai juga istri-istri
yang gelap? Dan bukankah Amerika, Swedia dll. akhirnya
menjadi bejat akhlaknya sebab mempertahankan monogami? Maka
dunia akhirnya menetapkan: Poligami adalah bijaksana.
Poligami mencegah manusia daripada zinah dan pelacuran.
Tidak heran bila surat An Nisa ayat 3 kemudian membolehkan
orang untuk Poligami, yaitu poligami yang terbatas: 4.

4. Qur'an udak bertentangan dengan aqal dan fikiran manusia.
Itulah sebabnya Islam sangat menghargai akal dan fikiran
yang sehat. Kaidah Islam tidak dapat menerima doktrin "Tiga
tetapi satu," sebab tiga tetapi satu bertentangan dengan
ratio. Ummat Islam sama sekali tidak dapat memahami
bagaimana Paus, seorang manusia, dapat menjabat Wakil
Tuhan(Ficarius Filii Dei). Paus mewakili urusan Allah untuk
dunia ini, memberikan amnesti, abolisi dan grasi atas ummat
manusia yang berdosa dengan mandaat sepenuhnya dari Allah.
Demikian pula, kalau kami yang tidak tahu menahu akan
perbuatan Adam harus memikul dosa Adam. Dan akal lebih tidak
bisa menerima lagi, kalau Allah yang pengasih penyayang itu
akhirnya lalu menghukum mati anaknya sendiri demi menebus
dosa Adam dan anak cucu Adam. Maka itulah Islam tidak
mengakui dosa keturunan, juga tidak mengakui adanya
"Sakramen pengakuan dosa" yang memanjakan manusia dan
mengajar manusia untuk tidak bertanggung jawab itu.

5. Islam tidak bertentangan dengan sejarah. Islampun dengan
sendirinya tidak mendustai sejarah. Putih hitamnya sejarah
Islam, diakuinya dengan jujur. Ia, misalkan mengalami
tragedi pahit seperti "Night of St. Bartolomeus" pastilah ia
mengakui, dan ummatnya mengetahui. Islam selalu sesuai
dengan situasi d.an kondisi, ia bukannya menyesuaikan diri,
tetapi diri (dunia maksudnya) yang harus menyesuaikan
dengannya.

6. Oleh sebab itulah maka Islam tetap bertahan. Ia selalu
maju seirama dengan kemajuannya zaman. Empat belas abad
sudah lamanya Islam tetap dalam suatu kesatuan syareat dan
hakekat. Seribu empat ratus tahun lamanya hukum-hukumnya,
undang-undangnya, shalat dan kiblatnya, puasa dan hajinya
tetap berjalan. Ia tidak ambruk setelah ilmu pengetahuan
lebih maju, ia juga tidak colaps menghadapi kebangkitan
humanisme dan sosialisme. Adapun atau kalaupun dikatakan
mundur, sebenarnya ialah ummat artinya orang-orangnya apakah
itu person atau kelompok. Mengapakah ummatnya mundur? Sebab
ia telah meninggalkan Qur'annya. Ia berbeda dengan ajaran
atau hukum gereja Katolik yang selalu berubah-ubah boleh -
tidak boleh dan sekarang boleh lagi kawin. Padahal soal
kawin adalah soal keputusan Tuhan. Adalah keputusan Tuhan
selalu berubah-ubah dan dapat ditentang oleh manusia?

7. Qur'an tak dapat disangkal ]agi, adalah pegangan hidup
dan mati, dunia dan akhirat. Qur'an ternyata merupakan
landasan idiil dan spirituil, landasan hidup di dunia dan
di akhirat. Qur'an, tidak hanya memuat perkara akhirat saja,
tetapi juga perkara dunia. Itulah sebabnya bila kita membaca
Al-Qur'an kita akan menemui bermacam-macam hukum, apakah itu
hukum pidana, perdata, atau hukum antar manusia dan
kemasyarakatan. Demikian pula ia memuat hukum dengan
lengkapnya hukum perkawinan dan sopan santun perang.
MENGAPA SAYA MASUK AGAMA ISLAM
dan MENGAPA SAYA MENGAKUI MUHAMMAD
SEBAGAI RASUL ALLAH S.W.T.

oleh: ZULKARNAIN (Eddy Crayn Hendrik)

Sesal Dari Buruk Sangka

Sesal Dari Buruk Sangka
Malam itu gerimis turun. Angin pun bertiup sungguh sangat dingin. Tapi kedua suami isteri yang tinggal di sebuah rumah kecil itu berkeinginan betul hendak keluar juga. Kerana ibu si suami itu dalam keadaan sakit tenat, mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja. Hanya yang sangat merisaukan hati mereka, bagaimana dengan anaknya Harun, anak mereka yang baru saja berumur empat bulan. Kalau diajak pergi takut masuk angin dan dapat berakibat sakit.
“Bagaimana Aminah, kita bawa saja Harun?” Tanya si suami.
“Jangan bang, angin kencang,” cegah isterinya.
“Habis siapa yang akan menjaganya di rumah? Apakah mungkin akan kita tinggalkan dia sendirian? Aku tak sanggup, sebab rumah kita ini terlalu dekat dengan tanah perkuburan,” kata si suami.
“Ah, abang, janganlah berfikir yang bukan-bukan,” kata isterinya yang cantik dan manis itu. “kan ada Hurairah (kucing) di rumah. Dia saja kita suruh menjaga Harun.” Kata si isteri.
“Betul juga, mengapa aku tidak ingat pada si Hurairah.” Balas suaminya dengan gembira.
“Meong....” teriaknya kemudian. Maka terdengarlah suara Hurairah membalas suara tuannya itu. Lalu dengan langkah-langkah kecil dia mendekati tuannya.
“Wahai Hurairah, malam ini engkau tidak usah menjaga lumbung padi dari dimakan oleh tikus-tikus, kami berdua mahu pergi, oleh kerana itu jagalah si Harun,” kata si suami.
Kucing yang cantik itu mengeong sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Kalau boleh berkata dia akan menjawab: “Jangan bimbang tuan, saya akan menunggu dan menjaga si Harun supaya ia tertidur dengan nyenyak. Tidak akan saya izinkan seekor nyamuk pun hinggap di tubuhnya.”
Setelah berpesan begitu, maka pasangan suami dan isteri itu pun berangkat dengan perasaan lega. Mereka tahu bahawa Hurairah akan melakukan pekerjaannya dengan baik, sebab dia adalah seekor kucing yang sangat setia dengan majikannya.
Setelah melihat majikannya sudah pergi, maka Hurairah dengan cepat dan diam-diam melompat ke atas tempat tidur. Ia duduk di sebelah si Harun yang tengah mendengkur dengan nyenyaknya. Ekornya dikibas-kibaskannya agar tidak seekor nyamuk pun yang berani mengganggunya. Matanya dengan tajam mengawasi sekelilingnya, sementara kedua kaki depannya siap mencakarkan kukunya kepada siapa saja yang berniat untuk mengusik ketenangan majikan kecilnya.
Menjelang pukul sepuluh malam, tiba-tiba kucing itu mendengar bunyi mendesis dari bawah tempat tidur. Dengan secepat mungkin Hurairah memasang kuda-kuda serta siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Matanya tiba-tiba terbeliak terkejut dan marah, ketika melihat sebuah mulut yang ternganga dengan taring dan lidah yang menjulur panjang. Rupanya dia adalah seekor ular besar yang sudah siap untuk menelan Harun yang masih kecil itu.
Dengan cepat Hurairah melompat, giginya langsung masuk menghunjam ke leher ular tersebut, dan cakarnya menyerang dengan buas. Ular itu murka kerana niatnya dihalang-halangi oleh makhluk lain. Matanya merah seperti besi terbakar. Dia membalas menyerang dengan hebat. Badan Hurairah dibelit dengan kuat, sambil mulutnya mematuk-matuk muka Hurairah.
Hurairah hampir kehabisan tenaga, kerana dibelit oleh ular besar itu, manakala mukanya pun telah berlumuran darah. Namun dia tidak mahu binasa sebelum dapat membunuh ular tersebut. Dengan segala kemampuan dan kesakitannya, ia berusaha untuk menyelamatkan nyawa anak tersayang kedua majikannya itu. Akhirnya ia berhasil melepaskan diri, lalu dengan cepat menerkam leher ular itu. Digigitnya batang leher makhluk jahat tersebut sekuat tenaga sehingga akhirnya matilah musuhnya itu.
Begitu dilihatnya binatang pengganggu itu sudah tergolek kaku, barulah Hurairah dengan sisa-sisa tenaganya naik lagi ke atas tempat tidur si Harun dan duduk semula di samping si Harun. Anak kecil itu masih tertidur dengan nyenyak. Hurairah menjilat-jilat lukanya, sementara rasa pedih dan letih terasa sekujur badannya. Mulutnya masih penuh dengan darah ular tadi, sedangkan pada mukanya terdapat luka-luka yang menganga.
Belum pulih lagi tenaganya, akan tetapi secara tiba-tiba dia mendengar suara majikannya di halaman rumah. Dengan gerakan yang lemah dan lunglai, Hurairah turun dari tempat tidur. Perlahan-lahan ia berjalan menuju ke pintu, menyambut kedatangan kedua majikannya yang sangat dicintainya itu. Dilihatnya ibu Harun berjalan menunduk sambil terisak-isak. Bapanya pula terlihat sangat sedih. Hurairah pun ikut berdukacita memperhatikannya.
Mereka berbimbingan tangan memasuki halaman rumah. Ketika mereka tiba di depan pintu, Hurairah berbunyi lembut: “Ngeong...., ngeong...., sambil terhuyung-huyung mendekati majikannya.
Tiba-tiba saja ibu Harun menjerit, “Bang....! Harun bang....!”
Suaminya terperanjat tapi tidak mengerti, “Mengapa Harun Aminah?” Tanya suaminya.
“Lihatlah si Hurairah, mulutnya berlumuran darah. Pasti anak kita telah diterkam dan dibunuhnya. Oh, Harun.... anak kita, bang. Bunuh Hurairah, bang! Ia telah memakan anak kita!” Kata si isteri.
Si suami baru tahu apa yang dimaksudkan oleh isterinya. “Betul! Mulut Hurairah penuh dengan darah segar, pasti Harun telah diterkamnya.”
Tanpa berfikir panjang, si suami lalu mengambil besi. Dengan penuh kemurkaan lalu dipukulnya benda keras itu ke tubuh si Hurairah. Kucing itu menjerit; “ngeong....” Lelaki itu bertambah marahnya lagi, lalu diambilnya pula sebuah batu, ditimpakannya ke kepala Hurairah.
Maka bercucuranlah darah dari kepala binatang yang tidak berdosa itu. Badannya terkejang-kejang. Dari matanya mengeluarkan air mata yang jernih satu-satu. Setelah mengeong untuk terakhir kalinya, kucing yang cantik itu pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Melihat korbannya sudah mati, maka pasangan suami isteri itu terburu-buru masuk ke bilik. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat suasana bilik itu. Yang nampak pertama kali di depan pintu adalah bangkai seekor ular besar yang hampir putus lehernya. Maka dengan hati berdebar-debar mereka berlari ke tempat tidur. Ternyata anaknya Harun masih tetap dalam keadaan tertidur nyenyak.
Barulah mereka dapat meneka apa yang telah terjadi selama mereka tidak berada di rumah tadi. Bukan Hurairah yang bersalah, ternyata kucing itu telah berjuang mati-matian untuk menyelamatkan anak mereka. Seketika itu juga pucatlah wajah mereka. Mereka menyesal berkepanjangan. Ternyata Hurairah adalah kucing yang tetap setia. Dia tidak mempedulikan keselamatan dirinya asalkan tugas yang dipercayakan kepadanya ditunaikannya. Kalau perlu dirinya sendiri menjadi korban untuk menyelamatkan nyawa majikan kecilnya. Namun balasan yang diterimanya bukan belaian kasih sayang dan terima kasih, akan tetapi nyawanya dihabiskan dengan penuh kekejaman.
Suami isteri itu menangis tersedu-sedu menyesali kesalahannya, ia bertaubat kepada Allah SWT serta berjanji untuk tidak lagi berbuat semena-mena terhadap binatang yang tidak berdosa, tanpa periksa terlebih dahulu. Bangkai Hurairah diangkat dan diciumnya, tapi yang sudah pergi tidak akan kembali, dan penyesalan mereka juga sudah tidak bererti, kerana yang sudah mati itu tidak akan hidup lagi. Cuma sebagai pedoman atau pengajaran buat masa yang akan datang.

Sesal Seorang Ibu

Sesal Seorang Ibu
.uatu hari seorang alim yang sangat takwa kepada Tuhan bermaksud untuk pergi ke Tanah Suci mengerjakan ibadah haji. Waktu dia meminta izin kepada ibunya, ternyata perempuan tua itu sangat keberatan. Menurut ibunya, tunda dahulu keberangkatanmu sampai tahun depan. Ia merasa bimbang terhadap keselamatan anaknya, kerana orang alim itu adalah satu-satunya anak yang hidup dari hasil perkahwinan dengan almarhum suaminya.
Rupanya orang alim yang soleh itu sudah tidak dapat menahan keinginannya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Maka, walaupun tidak mendapat restu dari ibunya, dia berkemas-kemas lalu berangkat menuju ke Tanah Haram. Jelas keputusannya ini bertentangan dengan ajaran Nabi. Kerana redha Allah bergantung kepada redha orang tua, begitu pula murka Allah terletak dalam murka orang tua.
Ketika menyaksikan anaknya yang pergi juga, ibu yang sudah tua itu tergopoh-gapah mengejar anaknya. Akan tetapi anaknya itu sudah telalu jauh. Dia tidak mendengar suara ibunya yang memanggil-manggil sambil berlari-lari itu. Dalam marahnya ibu yang sangat cinta kepada anaknya tersebut menadahkan kedua tangannya lalu berdoa: “Ya Allah, anakku satu-satunya telah membakar diriku dengan panasnya api perpisahan. Kumohon pada-Mu, balaslah dia dengan seksaan yang setimpal. Sebagai ibunya, aku merasa sakit hati, ya Allah.”
Doa ini jelas tidak pada tempatnya bagi seorang ibu yang seharusnya bijaksana. Sebab di antara doa-doa yang dikabulkan adalah doa seorang ibu terhadap anaknya. Bumi seolah-olah bergoyang mendengar doa ini. Namun orang alim tadi terus juga berjalan. Pada sebuah kota kecil sebelum sampai tempat tujuannya, orang alim itu berhenti melepaskan lelah. Menjelang Maghrib dia berangkat ke masjid dan solat sampai Isyak. Sesudah itu ia terus mengerjakan solat-solat sunat dan wirid hingga jauh malam.
Secara kebetulan di sudut kota yang lain, pada malam itu terjadi peristiwa yang menggemparkan. Ada seorang pencuri yang masuk ke dalam rumah salah seorang penduduk. Orang yang punya rumah terjaga dan bersuara. Tiba-tiba pencuri itu terjatuh kerana terlanggar suatu benda di kakinya. Ketika terdengar bunyi sesuatu yang jatuh itu, maka orang yang punya rumah pun memekik-mekik sambil berkata: “pencuri! pencuri.”
Seisi kampung terbangun semuanya. Dengan ketakutan pencuri itu lari sekuat tenaga. Orang-orang kampung terus mengejarnya. Pencuri itu lari ke arah masjid dan masuk ke halaman masjid tersebut. Orang-orang pun mengejar ke sana. Ternyata pencuri itu tidak ditemukan di dalam rumah Allah itu.
Salah seorang di antara mereka memberitahu kepada pemimpinnya: “Kita sudah mencari di sekeliling masjid, namun tidak ada bekas-bekasnya sedikitpun.”
Yang lainnya pula berkata: “Tidak mungkin dia ditelan bumi, aku yakin dia belum lari dari sini. Kalau di luar masjid tidak ada, mari kita cari ke dalam masjid. Berkemungkinan dia bersembunyi di situ.”
Maka orang-orang pun masuk ke dalam masjid. Ternyata betul, di dekat mimbar ada seorang asing sedang duduk membaca tasbih. Tanpa bertanya-tanya lagi orang itu ditarik keluar. Tiba di halaman masjid, orang tadi sudah terkulai dan pengsan kerana dipukul beramai-ramai.
Penguasa hukum di kota tersebut malam itu juga memutuskan suatu hukuman yang berat kepadanya atas desakan masyarakat yang marah. Maka orang tersebut diikat pada tiang dan dicambuk badannya.
Keputusan dari hakim ini jelas menyalahi ajaran Nabi, bahawa seorang hakim seharusnya menyelidiki hingga hujung suatu perkara, dan tidak boleh menjatuhkan keputusan berdasarkan hawa nafsu. Begitu juga walaupun lelaki itu dituduh menodai kesucian masjid kerana bersembunyi di dalamnya, dengan berpura-pura bersembahyang dan membaca wirid, padahal dia adalah pencuri.
Pagi-pagi lagi seluruh penduduk kota itu sudah berkumpul di pasar menyaksikan jalannya hukumam qisas itu. Selain algojo melaksanakan tugasnya, orang-orang pun bersorak-sorak melihat si alim dicambuk hingga pengsan. Mereka tidak lagi mematuhi ajaran Islam untuk berbuat adil terhadap siapa saja, termasuk kepada pencuri yang jahat sekalipun. Darah memercik ke sana ke mari, orang-orang kelihatan semakin puas.
Semakin siang semakin ramai orang yang berkumpul menonton dan meludahi pencuri yang terkutuk itu. Dalam kesakitannya, orang alim yang dihukum sebagai pencuri itu mendengar salah seorang penduduk yang berkata: “Inilah hukuman yang setimpal bagi pencuri yang bersembunyi di dalam masjid!” Sambil meludah muka orang alim tersebut. Orang yang dihukum yang dianggap pencuri ini dengan suara yang tersendat-sendat membuka mulutnya berkata: “Tolong jangan katakan demikian. Lebih baik beritahukanlah kepada orang ramai bahawa saya ini adalah hamba Allah yang ingin mengerjakan ibadah haji, tapi tidak mendapat restu dari orang tua.”
Mendengar ucapan ini, orang yang mendengar jadi terkejut dan menanyakan siapakah dia sebenarnya. Orang alim tadi membuka rahsianya, dan masyarakat jadi serba salah. Akhirnya mereka terpaksa memberitahukan hal itu kepada hakim.
Setelah hakim itu datang dan tahu duduk perkara yang sebenarnya, maka semua mereka menyesal. Mereka kenal nama orang alim itu, iaitu orang yang soleh dan ahli ibadah. Cuma belum pernah tahu rupanya. Ibu-ibu yang hadir serta orang tua lainnya ramai yang merasa sedih tidak dapat menahan diri, tapi sudah tidak ada gunanya.
Malamnya, atas permintaan orang alim itu setelah dibebaskan dari seksaannya, dihantarkan ke rumah ibunya. Pada waktu orang alim tersebut akan dihantar, ibunya telah berdoa: “Ya Allah, jika anakku itu telah mendapatkan balasannya, maka kembalikanlah dia kepadaku agar aku dapat melihatnya.”
Begitu selesai doa si ibu, orang yang membawa anaknya pun sampai. Orang alim itu minta didudukkan di depan pintu rumah ibunya, dan mempersilakan orang yang mengantarnya itu pergi. Sesudah keadaan sunyi kembali, tidak ada orang lain, maka orang alim itupun berseru dengan suara yang pilu: “Asalamualaikum.”
Maka terdengarlah suara oang tua yang menjawab salamnya dari dalam. Bergetar hati si alim mendangar suara itu: “Saya adalah musafir yang terlantar. Tolonglah beri saya roti dan air sejuk,” kata orang alim itu menyamar diri.
“Mendekatlah engkau ke pintu. Hulurkan tanganmu melalui celah pintu,” jawab suara tadi dari dalam.
“Maaf, saya tidak boleh mendekati pintu kerana kedua kaki saya sangat kaku. Saya juga tidak dapat menghulurkan tangan melalui celah pintu, kerana tangan saya terasa letih.”
“Jadi bagaimana caranya?” Si ibu mengeluh kehilangan akal. “Antara kita ada pemisah yang tidak boleh dilanggar. Engkau lelaki yang tidak saya kenal, dan saya, walaupun sudah tua, adalah seorang perempuan.”
“Jangan bimbang wahai puan,” kata orang alim tersebut. “Saya tidak akan membuka mata kerana kedua mata saya sangat pedih, jadi saya tidak akan melihat ke arah puan.”
Mendengar jawapan itu, tidak beberapa lama kemudian perempuan itu pun keluar membawa sepotong roti dan segelas air sejuk. Orang alim itu begitu saja merasakan kehadiran ibunya, sudah tidak mampu lagi menahan diri. Ia memeluk kaki ibunya dan menjerit sambil menangis: “Ibu, saya adalah anak ibu yang derhaka.” Ibunya pun merasa sedih. Dipandangnya orang cacat di mukanya itu lalu ia menjerit ternyata adalah anaknya. Mereka berdua saling berpelukan dalam tangisan.
Ketika itu juga perempuan tersebut menadahkan tangannya memohon ampun kepada Allah: “Ya Allah, kerana telah jadi begini sungguh saya menyesal atas kemarahan saya kepada anak sendiri, saya bertaubat untuk tidak mengulangi lagi perkara ini, ampunilah saya ya Allah, serta ampunilah dosa orang-orang yang menyeksanya kerana kami semua telah disesatkan oleh godaan iblis dengan nafsu marah.”

Sekuntum Cinta Untuk Istriku  

Sekuntum Cinta Untuk Istriku
Kasihku, Pukul 4.05, alert di hpku membangunkan. Kamu ikut bangun. Padahal, aku tahu baru pukul 23.30, kamu bisa tidur setelah berjibaku dengan kerjanya, kerja rumah tangga, urusan dua anakku, dan mengurusi aku sebagai suami. Belum lagi, pukul 01.15 terbangun untuk sebuah interupsi. Ups, rupanya kamu tak lupa menyetrika baju kantorku. Aku mandi dan shalat subuh. Kamu selesai pula menyelesaikan itu. Plus, satu stel pakaian kerjaku telah siap. Aku siap berangkat.
Ah, ada yang tertinggal rupanya. AKu lupa memandangi wajahmu pagi ini. "Nda, kamu cantik sekali hari ini," kataku memuji. Kamu tersenyum. "Bang tebak sudah berapa lama kita menikah?" Aku tergagap sebentar. Melongo. Lho, koq nanya itu. hatiku membatin. Aku berhenti sebentar dan menghitung sudah berapa lama kami bersama. Karena, perasaanku baru kemarin aku datang ke rumahmu bersama seorang ustad untuk meminangmu."Lho, baru kemarin aku datang untuk meminta kamu jadi istriku dan aku nyatakan �aku terima nikahnya dengan mas kawin sebagaimana tersebut tunai." Kataku cuek sembari mengaduk kopi hangat rasa cinta dan perhatian darinya.
Kemunculan kafein di dalam darahku memancing keluarnya hormon NOREOPHINEPHINE. Entah karenanya atau apa, yang jelas aku merasa bersemangat, senang & siap menghadapi hari. Kamu tertawa. Wuih, manis sekali. Mungkin, bila kopi yang aku sruput tak perlu gula. Cukuplah pandangi wajahnya. "Kita sudah delapan tahun Bang." Katanya memberikan tas kerjaku. "Aku berangkat yah, assalamualaikum," kataku bergeming dari kalimat terakhir yang kamu ajukan. Aku tergesa. "Hati-hati dijalan."
Sejatinya, aku ingin ngobrol terus. sayang, KRL tak bisa menunggu dan pukul 7.00 teng aku harus sudah stand by di ruang studio 95,3RASFM Jakarta. Aku di jalan bersama sejumlah perasaan. Ada sesuatu yang hilang. Mungkin benar kata Dewa, separuh nafasku hilang saat kau tidak bersamaku. Kembali wajahnya menguntit seperti hantu. Hm, cantiknya istriku. Sayang, waktu tidak berpihak kepadaku untuk lebih lama menikmatinya.
Sekilas, ketika tatapanku melongok keluar memandang tumbuhan, bangunan dan manusia yang tidak beraturan dan sangat berantakan, menyelinap dedaunan kehidupan delapan tahun lalu. Ketika tarbiyah menyentuh dan menanamkan ke hati sebuah tekad untuk menyempurnakan Dien. Bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Bahwa rezeki akan datang walau tak selembar pun kerja kugeluti saat itu. Bahwa tak masalah menerapkan prinsip 3K (Kuliah, Kerja, Kawin).
Sungguh, kala itu kupikir hanya wanita bodoh saja yang mau menerimaku, seorang jejaka tanpa harapan dan masa depan. Tanpa kerja, apalagi punya perusahaan. Tanpa deposito dan orang tua mapan. Tanpa selembar modal ijazah sarjana yang saat itu sedang kukejar. Tanpa dukungan dari keluarga besar untuk menanggung biaya-biaya operasional. Subhanallah, nekad sekali wanita satu ini. Mau saja diajak berkelana tanpa bekal di tangan yang cukup oleh seorang laki-laki yang belum kenal betul.
Aku bukan pacarmu. Dia juga bukan pacarku. Ibarat mengarungi lautan, kami hanya punya sampan. Yang ada hanya sejumput tekad untuk menyempurnakan dien dan setangkup keyakinan bahwa Allah pasti akan bersama kita. Keyakinan itu yang semakin hari semakin berevolusi dari absurditas menjadi realitas. Sesuatu yang kalkulatif memang tidak menjadi jaminan. Sesuatu yang terpikir oleh rasio dan sel-sel otak kita tidak selamanya menjadi kenyataan, termasuk ketakutan dan kecemasan. Sungguh, it doesn't make a sense bila berpikir bagaimana kapal itu bisa dikayuh. Ternyata memang bisa.
Kutarik segepok udara untuk mengisi paru-paruku. Kurasakan syukur mendalam. Walau tanpa kerja dan orang tua mapan, �kapal'ku terus berlabuh. Bahkan, kini sudah mengarung lebih stabil dibanding dua dan tiga tahun pertama. Ternyata, memang benar. Allah akan menjamin rezeki seorang yang menikah. Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak terduga. Walaupun tetap semua janji itu muncul dengan sunatullah, kerja keras. Dan, Kerja keras itu terasa nikmat dengan doa dan dampingan seorang wanita yang rela dan ikhlas menjadi istriku. Aku berceloteh sendiri dalam diam.
Sayangku, Semakin hari berganti. Semakin hari pula aku merasakan betapa berharganya dirimu untukku. Di pelupuk mata dan hatiku, kau tidak hanya cantik. Tapi lebih jauh dari itu. Kau juga tegar. Kau mampu menjadi bahan bakar bagiku untuk bisa selalu di jalan-Nya. Dengan segala rasio dan akal, aku mencintaimu. Sayangnya, acap kali aku merasa gagal menerjemahkan substansi cintaku. Aku selalu merasa rapuh ketika menerjemahkan cintaku. Aku selalu berkata, �I Love you More than you know.� Memang kau tak pernah tahu betapa aku mencintaimu.
Ketika energi perhatian harus diberikan, saat itu pula ia lenyap. Tenggelam oleh kelelahan dan kantuk. Aku selalu tertidur di sisimu. Kelelahan dan kantuk menjadi diktator yang tidak mampu aku lawan ketika aku harus mengeluarkan energi cintaku. Sayang, maafkan aku. Karena aku berpikir, kerja keras merupakan aplikasi efektif sebuah cinta. Aku tak pernah berpikir ia akan menguras dan menyedot energi perhatian dan cinta. Dan itu realitasnya. Aku selalu gagal.
Ketika cinta berjalan dari hati ke tenggorokan, kamu selalu kehabisan nafas dan menyerah oleh kantuk. Maafkan aku yang lupa mengucapkan selamat ulang tahun di hari kelahiranmu. Aku sering lupa mengusap kepalamu ketika berangkat kerja. Aku kerap khilaf tidak memberikan tatapanku ketika kau bicara. Aku juga tidak mengerti mengapa Liputan 6 SCTV lebih menarik syaraf mataku ketimbang retina kamu. Maafkan. Bila selama ini aku berpikir itu tak bermanfaat. Aku memang terlalu rasional, monoton, kurang dimensi, pragmatis dan terlalu realistis.
Aku selalu beralasan etnical background sebagai orang Betawi yang tidak mengajarkanku tentang semua romantisme ini. Aku tahu kau menyimpan kekecewaan. Untunglah, kau bijak. Kekecewaan itu tak pernah membesar. Kamu selalu bisa mengembalikan semua keceriaan itu dengan seulas senyum yang menyelinap dibalik penat dan kelelahan. Kamu selalu berkata, �Bang, I Love You Just the way you are.� Doakan aku untuk bisa mengembalikan kembali puing-puing perhatian yang merepih ini menjadi sebuah kekuatan untuk bisa mencintaimu karena Allah. Please, berikan aku kesempatan untuk bisa terus bersamamu till death do us part. Istriku cantik sekali pagi ini. Maafkan aku tak bisa menemanimu. Namun, doa dan ridhaku selalu bersamamu. Aku akan selalu ingat kata-katamu bahwa perhatian kecil yang diberikan pada saat yang tepat akan menumbuhkan cinta yang besar.Selamat Ulang Tahun ! Maaf telat, macet di jalan.
dikutip dari buku Sekuntum CInta untuk Istriku (GIP) karya Komarudin Ibnu Mikam

Penyesalan

Kisah Penyesalan Tiada Akhir
Seperti biasa saya sehabis pulang kantor tiba di rumah langsung duduk bersantai sambil melepas lelah. Sepertinya saya sangat enggan untuk membersihkan diri dan langsung shalat. Sementara anak-anak & istri sedang berkumpul di ruang tengah. Dalam kelelahan tadi, saya disegarkan dengan adanya angin dingin sepoi-sepoi yang menghembus tepat di muka saya.
Selang beberapa lama seorang yang tak tampak mukanya berjubah putih dengan tongkat ditangannya tiba-tiba sudah berdiri di depanku. Saya sangat kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba itu. Sebelum sempat bertanya…. .siapa dia…tiba2 saya merasa dada saya sesak… sulit untuk bernafas…. namun saya berusaha untuk tetap menghirup udara sebisanya.
Yang saya rasakan waktu itu ada sesuatu yang berjalan pelan2 dari dadaku…… terus berjalan…. . kekerongkonganku. …sakittttttttt ……..sakit. ….. rasanya. Keluar airmataku menahan rasa sakitnya,… . Oh Tuhan ! ada apa dengan diriku…..Dalam kondisi yang masih sulit bernafas tadi, benda tadi terus memaksa untuk keluar dari tubuhku…kkhh…….. .khhhh… .. kerongkonganku berbunyi. Sakit rasanya, amat teramat sakit. Seolah tak mampu aku menahan benda tadi… Badanku gemetar… peluh keringat mengucur deras…. mataku terbelalak.. …air mataku seolah tak berhenti.
Tangan & kakiku kejang2 sedetik setelah benda itu meninggalkan aku. Aku melihat benda tadi dibawa oleh orang misterius itu…pergi. ..berlalu begitu saja….hilang dari pandangan. Namun setelah itu……… aku merasa aku jauh lebih Ringan, sehat, segar, cerah… tidak seperti biasanya. Aku herann… istri & anak2 ku yang sedari tadi ada diruang tengah, tiba2 terkejut berhamburan ke arahku.. Di situ aku melihat ada seseorang yang terbujur kaku ada tepat di bawah sofa yang kududuki tadi. Badannya dingin kulitnya membiru. siapa dia???????.. . Mengapa anak2 & istriku memeluknya ! sambil menangis… mereka menjerit…histeris …terlebih istriku seolah tak mau melepaskan orang yang terbujur tadi…
Siapa dia……… ….????? ???Betapa terkejutnya aku ketika wajahnya dibalikkan.. .. dia……..dia. ……dia mirip dengan aku….ada apa ini Tuhan…???? ????Aku mencoba menarik tangan istriku tapi tak mampu….. Aku mencoba merangkul anak2 ku tapi tak bisa. Aku coba jelaskan kalau itu bukan aku. Aku coba jelaskan kalau aku ada di sini.. Aku mulai berteriak… ..tapi mereka seolah tak mendengarkan aku seolah mereka tak melihatku…
Dan mereka terus-menerus menangis…. aku sadar..aku sadar bahwa orang misterius tadi telah membawa rohku Aku telah mati…aku telah mati. Aku telah meninggalkan mereka ..tak kuasa aku menangis…. berteriak. ….. Aku tak kuat melihat mereka menangisi mayatku. Aku sangat sedih.. selama hidupku belum banyak yang kulakukan untuk membahagiakan mereka. Belum banyak yang bisa kulakukan ! untuk membimbing mereka.
Tapi waktuku telah habis……. masaku telah terlewati… aku sudah tutup usia pada saat aku terduduk di sofa setelah lelah seharian bekerja. Sungguh bila aku tahu aku akan mati, aku akan membagi waktu kapan harus bekerja, beribadah, untuk keluarga dll. Aku menyesal aku terlambat menyadarinya. Aku mati dalam keadaan belum ibadah. Ohh Tuhan, JIKA kau ijinkan keadaanku masih hidup dan masih bisa membaca E-mail ini sungguh aku amat sangat bahagia. Karena aku MASIH mempunyai waktu untuk bersimpuh, mengakui segala dosa & berbuat kebaikan sehingga bila maut menjemputku kelak aku telah berada pada keadaan yang lebih siap.