Sabtu, 16 Agustus 2008

TETANUS

TETANUS


  1. Definisi

Tetanus (rahang terkunci (lockjaw) adalah penyakit akut, paralitik spatik yang disebabkan oleh tetanospasmin, neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani


  1. Etiologi

Clostridium Tetani adalah obligat anaerob pembentuk spora. Gram positif, bergerak, yang tempat tinggal (habitat) alamiahnya di seluruh dunia yaitu ditanah, debu dan saluran pencernaan berbagai binatang. Spora tetanus dapat bertahan hidup dalam air mendidih tetapi tidak didalam autoklaf, tetapi sel vegetatif terbunuh oleh antibiotik, panas dan desinfektan baku. Clostridium Tetani bukan organisme yang menginvasi jaringan, malahan menyebabkan penyakit melalui pengaruh toksin tunggal, tetanospasmin yang lebih sering disebut sebagai toksin tetanus. Toksin tetanus adalah bahan kedua yang paling beracun yang diketahui, hanya diunggulikekuatannya oleh toksin botulinum, dosis letal toksin tetanus diperkirakan 10-6­ mg/kg


  1. Epidemiologi

Tetanus terjadi diseluruh dunia dan endemik pada 90 negara yang sedang berkembang, tetapi insidennya sangat bervariasi. Bentuk yang paling sering, tetanus neonatorum (umbilikus), membunuh sekurang-kurangnya 500.000 bayi setiap tahun karena ibu tidak terimunisasi. Lebih dari 70% kematian ini terjadi pada sekitar 10 negara Asia dan Afrika tropis. Lagi pula, diperkirakan 15.000 – 30.000 wanita yang tidak terimunisasi diseluruh dunia meninggal setiap tahun karena tetanus ibu yang merupakan akibat dari infeksi dengan Clostridium Tetani luka pascapartus, pascaabortus, atau pasca bedah.

Kebanyakan kasus tetanus non-neonatorum dihubungkan dengan jejas traumatis, sering luka tembus yang diakibatkan oleh benda kotor, seperti paku, serpihan, fragmen gelas, atau injeksi tidak steril, tetapi suatu kasus yang jarang mungkin tanpa riwayat trauma. Tetanus pasca injeksi atau obat terlarang menjadi lebih sering, sementara keadaan yang tidak lazim adalah gigitan binatang, abses (termasuk abses gigi), perlubangan cuping telinga, ulkus kulit kronis, luka bakar, fraktur komplikata, radang dingin (frosbite), gangren, pembedahan usus, goresan-goresan upacara, dan sirkumsisi wanita. Penyakit ini juga terjadi sesudah penggunaan benang jahit yang terkontaminasi atau sesudah injeksi intramuskuler obat-obata, paling menonjol kini untuk malaria falsiparum resisten-kloroquin.


  1. Patogenesis

Tetanus terjadi setelah pemasukan spora yang sedang tumbuh, memperbanyak diri dan menghasilkan toksin tetanus pada potensial oksidasi-reduksi rendah (Eh) tampak jelas yang terinfeksi­­­­. Plasmid membawa gena toksin, toksin dilepaskan bersama dengan sel bakteri vegetatif yang mati dan selanjutnya lisis. Toksin tetanus (dan toksin botulinum) adalah protein sederhana 150 kD yang terdiri atas rantai berat (100 kD) dan ringan (50 kD) yang digabung oleh ikatan fisulfit. Toksin tetanus melekat pada sambungan neuromuskuler dan kemudian diendoksitosis oleh saraf motoris, sesudahnya ia menglami pengangkutan akson retrograd ke sitoplasmin motoneoron-alfa. Pada syaraf stiatika kecepatan pengangkutan ternyata 3,4 mm/jam. Toksin keluar motoneuron dlam medula spinalis dan selanjutnya masuk interneuron penghambat spinal, dimana toksin ini menghalangi pelepasan neurotransmiter. Toksin tetanus dengan demikian memblokade hambatan normal otot antagonis yang merupakan dasar gerakan di sengaja yang terkoordinasi. Akibatnya, otot yang terkena mempertahankan kontraksi maksimalnya. Sistem saraf autonom juga dibuat tidak stabil pada tetanus.

Kekuatan toksin tetanus yang luar biasa adalah bersifat enzimatik. Rantai ringan toksin tetanus (dan beberapa dari toksin botulinum) adalah Zn2+ yang mengandung endoprotease yang substratnya adalah sinaptobrevin, suatu unsur pokok protein kompleks yang berkaitan yang memberi kesempatan vesikula sinaptik berfungsi dengan membran sel terminal. Rantai berat toksin mengandung daerah (dominan) pengikat.


  1. Patologi

Clostridium Tetani bukan organisme infasif dan sel vegetatif penghasil toksinnya tetap ditempat dimana ia masuk ke dalam luka, yang mungkin menampakkan atau tidak menampakan perubahan-perubahan lokal dan tercampur flora infeksius.


  1. Manifestasi Klinis

Tetanus mungkin terlokalisasi atau menyeluruh, yang terakhir ini lebih lazim. Priode inkubasi khas 2-14 hari, tetapi dapat selama berbulan-bulan sesudah jejas. Pada tetanus menyeluruh, trismus (spasme muskulus maseter atau “rahang terkunci”) merupakan gejala yang ada pada sekitar 50% kasus. Nyeri kepala,gelisah, dan iritabilitas merupakan gejala awal, sering disertai oleh kekakuan, sukar mengunyah, disfagia dan spasme otot leher.

Tetanus neonatus (tetanus neonatorum), bentuk infertil tetanus generalisata, khas nampak dalam 3-12 hari kelahiran sebagai makin sukar dalam pemberian makanan (yaitu, mengisap dan menelan), dengan disertai lapar dan menangis. Paralisis atau kehilangan gerakan, kekakuan pada sentuhan, dan spasme, dengan atau tanpa opistotonus, menandai penyakit. Sisa umbilikus dapat menahan sisa-sisa kotoran, kotoran sapi, darah beku atau serum, atau ia dapat tampak relatif benigna.

Tetanus terlokalisasi mengakibatkan spasme otot dekat tempat luka, nyeri dan dapat mendahului tetanus generalisata. Tetanus sefalika merupakan bentuk jarang tetanus terlokalisasi melibatkan muskulatur bulbar y ang terjadi akibat luka atau bend asing di kepala, lubang hidung, atau muka. Ia juga terjadi bersama dengan otitis media kronis. Tetanus sefalika ditandai oleh kelopak mata yang retraksi, penglihatan menyimpang, trismus, risus sardonikus, dan paralisis spatik otot lidah dan faring.


  1. Diagnosis dan Diagnosis Banding

Gambaran tetanus merupakan salah satu gambaran yang paling dramatis dalam kedokteran, dan diagnosis dapat dibuat secara klinis. Kelompok khas adalah penderita yang tidak terimunisasi (dan/ atau ibu) yang terjejas atau dilahirkan dalam 2 minggu sebelumnya dan yang datang dengan trismus, otot-otot kaku yang lain, dan sensorium yang tidak terganggu.


  1. Pengobatan

Manajemen tetanus memerlukan pelenyapan Clostridium Tetani dan lingkungan luka yang sesuai denganmultiplikasi anaerobnya, neutralisasi semua toksin tetanus yang dapat di capai, mengendalikan kejang-kejang dan pernafasan, meringankan dan menyediakan perawatan pendukung yang sangat cermat, dan akhirnya, pencegahan kumat.

Pengirisan luka bedah dan debridemen sering dipelukan untuk membuang benda asing atau jaringan yang mati yang menciptakan pertumbuhan anaerob. Pembedahan harus dilakukan segera, setelah pemberian globuli imun tetanus (GIT) manusia dan antibiotik. Eksisi sisa umbilikus pada tetanus neonatorum tidak lagi di anjurkan.


  1. Komplikasi

Kejang-kejang dan paralisis tetanus kaku bertahan berat memberi kecenderungan penderita terhadap banyak komplikasi. Aspirasi sekresi dan psneumonia dapat mulai sebelum pemariksaan medik pertama diterima. Mempertahankan terbukanya jalan nafas sering mengharuskan intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik dengn resiko yang menyertainya, termasuk pneumothoraks dan emfisema mediastinum. Kejang-kejang dapat menyebabkan luka robekmulut dan lidah. Pada hematoma intramusculer atau rhabdomiolisis dengan mioglobinuria dan gagal ginjal, atau pada tulang panjang atau fraktur spinalis. Trombosis venosa, emboli pulmonal, ulserasi lambung dengan atau tanpa perdarahan,ileus paralitikus, dan ulserasi dekubitus merupakan bahaya terus menerus. Penggunaan relaksan terus-menerus, suatu bagian menyeluruh perawatan, dapat menghasilkan apnea iatrogenik. Aritmia jantung termasuk asistole, tekanan darah yang tidak stabil, dan pengaturan suhu yang tidak stabil menggambarkan pengendalian sistem syaraf autonom terganggu yang dapat di perburuk oleh kurang perhatian terhadap rumatan kebutuhan volume intravaskuler.


  1. Prognosis

Penyembuhan tetanus terjadi melalui regenerasi sinapsis dalam medula spinalis dan dengan demikian pengembalian relaksasi otot. Namun, karena episode tetanus tidak berakibat produksi antibodi penetralisasi toksin, imunisasi aktif dengan tetanus toksoid pada pemulangan dengan pemberian penyempurnaan seri pertamanya adalah suatu keharusan.

Faktor yang mempengaruhi hasil akhir yang paling penting adalah kualitas perawatan pendukung. Mortalitas paling tinggi pada anak yang amat muda dan pada orang yang amat tua. Prognosis yang paling baik dihubungkan dengan masa inkubasi yang lama, tanpa demam dan dengan penyakit terlokalisasi. Prognosis yang tiddak baik dihubungkan dengan antara jejas dan mulainya trismus seminggu atau kurang dan dengantiga hari atau kurang antara trismus dan spasme tetanus menyeluruh. Sekuele jelas otak hipoksik, terutama pada bayi, adalah serebral palsi, kemampuan mental yang menurun dan kesukaran perilaku. Kebanyakan kematiant terjadi dalam seminggu sakit. Angka kematian kasus yang dilaporkan untuk tetanusmenyeluruh berkisar antara 5% dan 35% dan untuk tetanus neonatorum meluas dari <10%>75% tanpa perawatan tersebut tetanus sefalik terutama mempunyai prognosis jelek karena kesukaran pernafasan dan pemberian makanan.

  1. Pencegahan

Tetanus adalah penyakit yang sepenuhnya dapat dicegah, kadar antibodi serum ≥0,01 U/mL dianggap protektif. Imunisasi aktif harus dimulai pada awal masa bayi dengan Vaksin gabungan tosoid difteri-toksoid tetanus-pertusis (DPT) pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dengan booster [ada usia 4-6 tahun dan pada interval 10 tahun sesudahnya sampai dewasa dengan toksoid tetanus difteri (Td). Imunisasi wanita dengan toksoid tetanus mencegah tetanus neonatorum, dosis tunggal toksoid yang berisi 250 Lf unit mungkin aman diberikan pada trimester ketiga kehamilan dan memberi cukup antibodi transplasenta untuk melindungi anak atau sekurang-kurangnya 4 bulan. Untuk orang-orang umur 7 tahun atau lebih yang belum diimunisasi, seri imunisasi primer terdiri dari tiga dosis toksoid Td yang diberikan secara intramuskuler, yang kedua 4-6 minggu sesudah yang pertama dan yang ketiga 6-12 bulan sesudah yang kedua.

Cara-cara pencegahan tetanus pasca trauma terdiri dari menginduksi imunitas aktif terhadap toksin tetanus dan secara pasif memberi anti bodi antitoksin.



Referensi

Behrman, Kliegman, Arvin.1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Rabu, 13 Agustus 2008

Aku Mengenal Diriku

Yazid ibnul Muhallab pergi dalam suatu perjalanan dengan ditemani anaknya,Muawiyah. Mereka lalu dijamu oleh seorang wanita Badui yang menyembelih kambing untuk keperluanjamuan itu.Seusai makan, Yazid bertanya pada kepada anaknya," Berapa uang yang kamu pegang?". Muawiyah menjawab," Seratus dinar.". Yazid berkata,"Berikan semuanya pada wanita itu." Muawiyah menjawab,"diakan wanita yang fakir, tentu mau menerima sedikit. Lagi pula dia tidak mengenal kedudukan ayah." Yazid lalu menjawab," kalau dia rela menerima sedikit, maka aku rela memberi banyak, dan kalau dia tidak mengenal aku, maka aku mengenal diriku."

Wanita Ada Tiga Macam

Umar ibnul Khattab r.a. berkata," Wanita ada tiga macam. Pertama, muslimah, mukminah, bertaqwa, ramah tamah, lemah lembut, membantu keluarga mengatasi beban dan kesulitan serta tidak pernah menyebabkan kesulitan baru. Tetapi yang demikian jarang terdapat. kedua, wadah untuk melahirkan saja dan tidak lebih dari itu. ketiga, belenggu diletakkan Allah untuk menjerat leher siapa yang Allah kehendaki.

Penguasa Yang Lemah

Seorang wanita tua menghadap Sultan Sulaiman al-Qanuni untuk mengadu bahwa tentara sultan mencuri ternak dombany ketika dia sedang tidur. Setelah mendengar pengaduan itu, Sultan Sulaiman berkata kepada wanita itu,"Seharusnya kamu menjaga ternakmu dan jangan tidur." Mendengar perkataan itu wanit itu menjawab," Saya mengira baginda menjaga dan malindungi kami sehingga aku tidur dengan aman."